(SEBUAH NOVEL SASTRA PEMBANGUN JIWA)
Hati yang rindu akan sebuah rasa..
Antara dua cinta..
Cinta kepada Tuhanku
Dan dirinya…
Sebuah rahasia hati..
Kan terungkap..
Jika kita menyayangi..
Tanpa ingin memberi..
Allah..
Tujuanku yang satu..
KarenaNya..
Aku ada dan mencintaiNya..
Bab 1 ADZAN SUBUH DI KAKI LANGIT JAKARTA
Cinta..
Adalah sebuah makna indah bagiku..
Terasa tapi tak tersentuh..
Teringat tapi tak bisa di diraba..
Cinta bukanlah hanya jalinan kasih..
Tuk dirajut antara sesama manusia saja..
Bukan pula dijadikan tameng untuk memayungi hawa nafsu..
Memberikan dosa yang kadang terlupa..
Tetapi cinta adalah sebuah jalan bagiku..
Rajutan kasih asmara antara aku dan Allah..
Tuk menggapai cintaNya..
Tuk menggapai surgaNya..
********************
“Alhamdulliah..akhirnya selesai juga puisinya..kuharap ini dapat menjadi kebaikan bagiku..”
Yaa itulah aku..Muhammad Fajri Putra..aku tinggal di Jakarta bersama orangtuaku, kota yang sangat padat dipenuhi berbagai kriminalitas dan kekacauan.Dirumah ini..rumah sederhana bercat putih dengan pagar hijau..aku hidup dan menelusuri waktu..
“Faj..Fajri..!!”
”Labaik bu..! Afwan..Fajri kesana..”
Sreek..sreek..dengan bergegas merapikan puisiku tadi, aku langsung menuju ruang mushola rumahku..yaa..disanalah biasanya ibuku selalu ada,bangun malam untuk melaksanakan sholat tahajjud kesenangan beliau yang dinilai banyak manfaatnya..
”Ada apa ibu.?”
“Fajri anakku..sekarang sudah hampir jam 5 pagi dan sebentar lagi adzan subuh berkumandang, ayo cepat.. kamu ambil air wudhu untuk pergi ke mesjid,kebetulan di mesjid yang menjadi imamnya adalah pamanmu.. “
“Paman.. Paman kita yang mana Bu?” tanyaku agak penasaran
“Pamanmu yang kamu idolakan.Baru saja kemarin malam dia pulang dan langsung diminta menjadi imam di mesjid. Masa kamu lupa Fajri..?”
“Paman Abdul Hamid..?”
“Iya..sudah jangan terlalu banyak tanya..ayo cepat bergegas,nanti keburu adzan..”
“Oh..baik bu..tapi Fajri akan membangunkan ayah dulu,baru nanti kesananya bersama ayah.. biar dapat lebih banyak pahala bu..hehe “
“Yaa terserah kamulah Fajri..yang penting sholatnya yang khusyu yaa..”
“InsyaAllah,bu..! “
Kemudian aku pergi ke kamar ayahku untuk membangunkan beliau.Seperti biasa..Ayahku masih tertidur lelap. Mungkin ini dikarenakan beliau sering kerja lembur dikantor hingga pulang larut malam sekali.Wajarlah,sebagai kepala rumah tangga dan ayah yang bertanggung jawab,ayahku seringkali bekerja membanting tulang demi mencari nafkah mencukupi kebutuhan keluargaku.Jika tidak seperti itu, maka kita mau makan apa..? Hidup di Jakarta memang sulit,apa-apa semuanya serba mahal..
Sampai aku didepan dari kamar tidur ayahku..lalu dengan perlahan,kucoba tuk membangunkan beliau..
“Ayah.. bangun yah..Hayya allalshollah..Hayya allalshollah..” kataku dengan suara lembut
Tetapi ayahku masih saja tidur..lalu kucoba tuk membangunkan lagi..
“Ayah..hari sudah mulai pagi..matahari sebentar lagi kan bersinar..ayahku mari kita sholat subuh dulu..” sambil sedikit lebih mengeraskan suaraku..
Tetapi lagi, untuk kali kedua inipun masih saja ayahku tidur..
Aku terdiam sejenak, kemudian aku berpikir sebentar dan bergumam didalam hatiku..
“wah..waktu tinggal 3 menit lagi sebelum adzan subuh , sepertinya aku harus membangunkan ayahku dengan lebih keras,kalau tidak aku akan pergi ke mesjid sendirian..”
Aku tahu didalam agama Islam, kita diwajibkan untuk taat kepada orang tua serta memuliakannya.Bagaimanapun
Setelah beberapa menit..maka akupun menemukan sebuah ide, suatu cara membangunkan ayahku tanpa harus menyinggung perasaan beliau..
Aku keluar sebentar dari kamar ayahku..kemudian kuambil air wudhu dan sejadah panjang serta sarung hijau kesukaanku..Setelah itu..aku kembali ke kamar ayahku dengan bergaya seperti layaknya seorang muadzin.Lalu kuhamparkan sejadahku..
“Allahu Akbar..Allahu Akbar..!!”
“Allahu Akbar..Allahu Akbar..!!”
“Allahu Akbar..” sahut ayahku….sambil merenggangkan badannya yang baru bangun..
“Alhamdullilah..yes berhasil..!” kataku dalam hati..
“Terima kasih yaa Allah..Akhirnya ayahku bangun juga..”
Kemudian..aku teruskan adzanku dengan perasaan hati yang bahagia sambil bersyukur kepada Allah, karena aku telah membuat satu kebaikan diawal aku memulai hari ini..
Setelah adzan, akupun mengajak ayahku untuk pergi ke mesjid bersama-sama dan beliau pun menyetujuinya…
*************************
Setelah itu,kami pergi keluar dari rumah untuk sholat subuh. Ayahku yang baru bangun, mengambil ide berwudhu di mesjid saja untuk lebih memperhemat waktu karena tempat wudhu dan mesjidnya saling berdekatan.
Diluar rumahku, suasana masih sejuk sekali,sahut-sahutan adzan serta bacaan Qur’an menggema sampai ke jiwa, pepohonan yang rindang menghiasi setiap langkah kakiku menuju mesjid.Aroma khas udara pagi yang masih belum terpolusi pun sangat enak tuk dirasakan.Sehingga ayahku yang ikut keluar bersamaku juga ikut terbawa suasana pagi yang indah ini.
Sambil memandangi keindahan subuh yang mempesona,kulihat sekumpulan orang pergi keluar dari rumahnya untuk bersama-sama menuju Mesjid Ar Rahman,mesjid yang sangat aku sukai.Tempatku memadu kasih dengan Illahi,mencurahkan segala isi hatiku kepadaNya.
Lalu,ditengah perjalananku menuju ke mesjid.Tepat didepanku,berjalan seorang kakek yang sudah sangat tua sekali.Mungkin sekitar delapan puluhan.Memakai kain koko merah dan peci putih.Dia memegang tongkat panjang dan ramping di tangan kanannya.Karena memasuki usia yang sudah sangat tua,jadi kakek itupun harus menggunakan tongkat untuk dapat berjalan dengan baik.
Sesekali kakek itu berhenti berjalan untuk mengisi energinya,setelah itu kakek itupun berjalan lagi.Terkadang kakek itu juga mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak menghilangkan penatnya
“Kasian sekali kakek itu..berjalan sendirian ke mesjid..” kataku dalam hati
Aku kemudian berkata pada ayahku
“Ayah..maaf aku mau menyapa kakek yang didepanku..kasian dia sendirian..”
“Ya..sapa saja kakek itu,ayah disini biar sama jema’ah yang lain.Kasian kakek itu sendirian,tak ada yang menemaninya
Aku pun berjalan lebih cepat,mencoba untuk mendekati si kakek
“Assalamu’alaikum..Kakek..
“Wa’alaikumssalam..”
Kakek tersebut tersenyum padaku
“Maaf Kek..Kakek mau ke mesjid juga..?”
“Iya..Alhamdullilah, kakek masih diberikan umur oleh Allah.Jadi yaa masih bisa ke mesjid..”
“Kalau Ade mau kemana..??”
“Alhamdullilah juga..Sama kek,Saya juga mau ke mesjid..Yaa mumpung masih muda,nambah-nambah pahala..”
“Wah hebat.Kamu masih muda tapi udah rajin ke mesjid,anak muda jaman sekarang jarang yang ada seperti kamu..” celetuk kakek sambil tersenyum lagi
“Ah kakek bisa aja..Ngomong-ngomong kakek sendirian ke mesjid..?”
Kakek itu terdiam mendengar pertanyaanku..kupikir kata-kataku tadi telah menyinggung perasaan kakek..
“Maaf kek..”
Spontan kakek itu langsung menjawab..
“Oh tidak apa-apa anak muda.. Kakek yang harusnya minta maaf.Tadi saat kamu bertanya..Kakek lagi kecapean,jadi tidak bisa menjawab pertanyaanmu..iya..Kakek ke mesjid sendirian,dulu kakek biasanya pergi ke mesjid dengan anak kakek.Tapi dia tumbuh dewasa dan kuliah,sekarang dia sudah menikah dan berkeluarga,jauh pergi meninggalkan kakek.Mungkin dia sudah melupakan kakek.Jadi kakek sekarang sendirian pergi ke mesjid..”
Mendengar hal tersebut,akupun merasa sedih.Aku melihat kesedihan yang sangat dalam di mata sang kakek.Akupun kurang sependapat dengan anak tersebut,kenapa dia pergi meninggalkan ayahnya sendirian.Padahal di dalam agama Islam,perintah untuk memuliakan orang tua itu tetap ada,walaupun kita sudah menikah,Apalgi jika mereka memasuki usia uzur.Sungguh dalam hatiku,aku sangat kecewa dengan dia.Karena akupun merasakan sangat besar kasih sayang orang tua,dari aku masih kecil hingga aku dewasa.Merekalah yang membesarkanku,merekalah yang melindungiku.
Karena tak ingin membuat kakek tersebut bersedih,akupun mencoba untuk menghibur si kakek
“Kek..Kakek tahu..Kakek menurutku orang hebat loo..”
“Maksud kamu “ tanya kakek agak penasaran
“Iya..Coba kakek liat sendiri, kakek sudah sangat tua tetapi kakek terus saja mencoba untuk beribadah semaksimal kakek.Bukankah Allah mencintai hambanya yang terus mendekatkan diri kepadaNya..? Sungguh jarang sekali kutemukan orang tua yang rajin seperti kakek”
Mendengar jawaban itu,kakek itupun tersenyum.Kali ini senyumannya lebih lebar dari biasanya..
“Anak muda siapa namamu..?” Tanya sang kakek lagi
“Saya.. Fajri kek..”
“De Fajri,suatu saat kakek yakin, kamu akan tumbuh jadi orang besar.Lihatlah kehidupan ini dengan kebaikanmu. Janganlah kau mengambil tindakan dengan terburu-buru.Pergunakanlah
Nasehat kakek tersebut memberikan makna tersendiri bagiku.Itu adalah nasehat yang tidak akan pernah kulupakan.
“Makasih kek.InsyaAllah,Fajri akan mengingatnya.Kakek siapa namanya..?”
“Nama kakek.. Said.. Said Hasan..”
Akhirnya setelah perkenalan dengan beliau,ayahku datang menghampiriku. Lalu kami berjalan bersama ke mesjid..
Kebetulan untuk sholat shubuh kali ini, imamnya adalah pamanku Abdul Hamid. Beliau adalah paman sekaligus guru agama buatku. Beliau mengajarkanku tentang banyak hal, terutama tentang bagaimana Islam sebagai agama yang “Rahmatan lil ‘Alamin” dan akupun sangat mengaguminya, selain kekagumanku yang utama kepada Rasullulah Saw. Karena sewaktu muda pamanku pernah ikut aktif menjadi pejuang di daerah Palestina. Daerah yang sekarang lagi dihancurkan oleh tentara-tentara Amerika dan sekutunya.Beliau pernah membunuh 7 orang tentara Amerika hanya dengan menggunakan pisau belati dengan bermodalkan puasa dan tekad untuk membela agama Allah ini.
“Subhanallah..” pujiku dalam hati..
Diantara banyaknya para pejuang sekarang.Beliau lebih mementingkan memperjuangkan agama Allah, yang jikalau dipandang dengan kasat mata..balasannya hanyalah hinaan,ancaman dan cercaan dari musuh-musuh Islam. Jarang sekali diantara para pejuang tersebut,mereka dapat hidup enak,tertawa dengan riang gembira,makan makanan sepuasnya dan membeli apa yang mereka inginkan tanpa perasaan khawatir diawasi oleh musuh. Mereka hidup..hanyalah mengharapkan keridhaan dari Allah saja,makan dengan apa adanya dan hidup secara bersahaja..
Pamanku pun pernah bilang kepadaku..
“Fajri,sungguh didunia ini..tak ada yang lebih kuharapkan selain mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Seandainya paman punya seribu nyawa dan nyawa itu dapat dikorbankan tuk mendapatkan keridhaanNya, maka niscaya InsyaAllah pamanmu akan mengorbankan semuanya tanpa tersisa satupun nyawa untuk paman…”
Begitulah..smangat juang pamanku yang sangat tinggi ini memberikan kesan sangat mendalam bagiku dan membuatku berpendapat, betapa hebatnya para pejuang-pejuang disana. Luar biasa..sangat luar biasa.. Berbeda sekali dengan diriku yang hanya bisa duduk dan menonton kepedihan rakyat Palestina melalui layar kaca. Hanya bisa tertawa dengan keadaan kita seakan mereka bukan saudara kita..
“Oh Tuhan..kapankah kiranya aku dapat membantu mereka..? Ya Allah..Demi Engkau yang nyawaku ada didalam kekuasaanMu..tolong..tolon
Sambil merenungi semua itu,tak terasa langkahku pun sampai didepan mesjid Ar Rahman. Sebuah bangunan putih besar yang sudah sangat tua tetapi sedang mengalami perenovasian.Bangunan mesjid tersebut masih terlihat kokoh, walaupun ada beberapa tiang-tiang mesjid tersebut yang agak rusak termakan usia. Maklum..bangunan ini didirikan sekitar 1 abad yang lalu oleh seorang ulama dari Mesir yang berkunjung kesini.Beliau sebenarnya ingin berdakwah ke Surabaya..tetapi ternyata beliau salah arah dan tersesat ke daerah sini.Akhirnya,beliau jadi berdakwah disini dan membangun sebuah mesjid untuk daerah ini yang diberi nama mesjid Ar Rahman.Sedih memang, melihat kondisinya yang agak tua tetapi Alhamdullilah..berkat kepedulian dari warga sekitar juga didukung oleh bantuan dari ketua RT..akhirnya mesjid ini dapat direnovasi kembali.Dengan modal yang ada, sebagian diberikan untuk merenovasi keadaan luar mesjid dan sebagian lagi untuk membelikan perlengkapan mesjid yang sudah mulai usang.
“Assalamu’alaikum, de Fajri yaa..?”
Terdengar suara lantang dari muka pintu mesjid.Dengan wajahnya yang berseri-seri disertai senyum yang melebar diiringi oleh sapaan akrabnya yang sangat kukenal menyapaku..
“Wa’alaikumussalam. Iya paman..ini aku, de Fajri keponakanmu..”
Dengan langkah cepat pamanku menghampiriku..Plak..tiba-
“Alhamdullilah..sudah lama paman tidak bertemu kamu..Fajri keponakanku tercinta,hamba Allah yang selalu bersahaja..kamu sudah besar sekali sekarang..”
“Gimana keadaanmu de Fajri, kamu masih sehat kan..?”
“Iya Alhamdulillah...Fajri masih diberikan kesehatan oleh Allah..masih sehat wal afiat..”
“Wah baguslah..paman senang mendengarnya..”
“Dimana ayahmu Fajri..? Paman juga ingin bertemu dengan Si Abdullah..”
“Ayah tadi ikut bersamaku..mungkin ayahku lagi ke tempat wudhu sekarang..mengambil air wudhu disini saja,karena tadi ayahku agak terlambat bangun..”
“Tidak melarikan diri dari paman kan..? “ canda beliau sambil menepuk pundak kananku.
“Oh yaa..keponakanku, kebetulan sholat subuh kali ini paman yang jadi imamnya.Jadi karena paman baru datang dan masih kangen berat sama kamu,paman harap kamu mau jadi muadzin paman “
“Baik paman,Fajri dengan senang hati akan melakukannya..”
Kemudian,masuklah aku kedalam mesjid bersama pamanku.Kakek yang kutemui di jalan tadi juga ikut masuk,tetapi beliau mengambil saf yang didekat pintu,agar bisa bersandar dan cepat untuk keluar.Maklum, beliau sudah tua. Lalu,aku bersama pamanku mengambil tempat sholat dideretan saf paling depan,deretan saf sholat yang terbaik dan utama.Di dalam mesjid ini.Di sini terdapat banyak sekali orang yang sudah siap untuk melaksanakan sholat subuh berjama’ah.Ada beberapa yang menunggu sholat subuh sambil membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an,ada juga yang menyempatkan diri untuk sholat sunat subuh dan ada pula yang berdiskusi masalah agama dengan santai.Suasana Islami didalam mesjid begitu terasa kental sekali bagiku..
“Apakah nanti surga seperti ini yaa Allah..? tenang tak ada permusuhan,akrab saling mengucapkan salam, juga bahagia karena memuji keagunganMu..” khayalku dalam hati..
“Fajri,sudah saatnya..” Paman Hamid disebelah kiriku memberikan tanda..
Langsung ku berdiri dan berjalan menuju mikrofon hitam kecil yang berada disebelah kanan mimbar mesjid..
Sambil mengingat kebesaran Allah,kutarik napas panjang dan dalam..
“Allaahu Akbar..Allaahu Akbar..!!”
“Asyhadu allla Illaha illaallaah..”
“Asyhadu anna Muhammadar Rasuullullaah..”
“Hayya ‘alash shollaah..”
“Hayya ‘alal fallaah..”
“Qad qaamatishsholaah..Qad qaamatishsholaah..”
“Allaahu akbar..Allaahu akbar..”
“Laa illaaha illaallaah..”
Saat itu pula,secara bersamaan para jemaah yang hadir di mesjid,ikut mengucapkan puji-pujian kepada Allah. Seraya berdiri untuk mengisi saf-saf mesjid yang masih kosong.
Setelah itu, aku kembali ke tempat sholatku tadi.Paman Hamid yang ada disebelah kiriku mulai melangkahkan kakinya menuju kedepan tuk menjadi imam di mesjid kali ini.
Sreet..tiba-tiba yang menggantikan paman maju ke sebelah kiriku.Kulihat sesaat,tubuhnya besar dan tinggi,kulitnya hitam legam bak kulit para negroid,tetapi mukanya tak terlihat dengan jelas karena cahaya lampu di mesjid kurang begitu terang ditambah lagi bajunya yang serba hitam
“Allaahu Akbar..” Paman Hamid mengawali sholat subuh berjama’ah
Sesaat setelah itu, aku pun mulai mengangkatkan takbir mengikuti gerakan pamanku yang menjadi imam
Dalam sholatku itu, ntah kenapa pikiranku masih terbayang sesosok besar yang ada di kiriku
“Siapa dia..?” pikirku dalam hati
“Sepertinya dia orang baru disini..aku belum pernah melihatnya..”
Terdiam aku sebentar..pikiranku terbang memikirkan dia, tetapi.. untung saja, aku teringat akan pesan ibuku..
“Astaghfirullah…aku ga boleh mengingat yang lain saat sholat, aku harus konsentrasi..fokus..agar sholatku khusyu dan diterima oleh Allah”
Lalu kucoba tuk mengalihkannya dengan meresapi bacaan-bacaan yang diucapkan oleh pamanku
Suasana begitu khusyu dan khidmat,tak ada satu orangpun bersuara kecuali suara dari sang imam
Terkadang aku menangis ketika mendengar bacaan jernih,lantang dan lembut dari pamanku
Suaranya yang indah, dengan kefasihan membaca Al-Qur’an yang benar, sangatlah menyentuh hati para jemaah saat itu.Apalagi ketika memasuki raka’at kedua,beliau membacakan surah Al-Fatihah dan dilanjutkan dengan surah Al-Qari’ah yang mengisahkan tentang peristiwa hari kiamat
Langsung saja,suasana menjadi tengelam dalam kekhusuyuan sholat.Ada yang menangis hingga airmatanya membasahi jenggot.,ada pula yang menangis hingga airmatanya jatuh ke sejadah.Semua khusyu dalam kesunyian menghadap sang Maha Kuasa
Akhirnya.. sholat subuh selesai,Paman Hamid mengucapkan salamnya dengan indah,diikuti oleh salam dari para jema’ah.Kemudian aku pun menyalami orang-orang disebelah kananku.Tak ketinggalan juga aku berikan salam kepada sesosok besar disebelah kiriku.. lalu muka dan belakangku.Sebagian dari mereka ada yang tersenyum padaku dan sebagiannya ada juga yang biasa saja..
Yaa beginilah indahnya Islam.Mengajarkan aku untuk dapat menebarkan salam kepada siapa saja,sebagai bentuk kasih sayang dan doa kita bagi sesama.Pamanku pun pernah berucap padaku..
“Fajri,tebarkanlah salam kepada siapa saja.Karena barangsiapa mengucapkan salam yang pertama tuk saudaranya sesama Islam,maka niscaya Allah akan membuatkan satu buah istana untuknya di surga nanti..”
“Alhamdullilah..betapa Indahnya agama ini..”
Aku pun berdzikir sebentar, setelah itu kupanjatkan doa kepada Illahi.Semoga Dia berkenan meridhai kami semua yang hadir di mesjid ini..
Di mesjid setelah sholat subuh, biasanya ada ceramah sebentar yang dilakukan oleh Imam yang ada.Kebetulan sekali pamanku yang memberikan ceramah kali ini..
Beliau memulai ceramahnya..pamanku mengatakan hal-hal yang sangat luar biasa.Beliau memberikan ceramah mengenai pentingnya menjaga aqidah Islam dalam kehidupan ini.Dengan semangat,pamanku menyampaikan ceramahnya..
“Aqidah adalah dasarnya dari ilmu Islam.Seorang muslim hendaknya belajar Ilmu aqidah dulu untuk dapat melanjutkan belajar ilmu-ilmu lainnya.Tidak langsung mengambil Ilmu tauhid, karena jika tidak cukup ilmu,maka bisa-bisa orang tersebut nantinya bisa salah jalan.Hal ini juga terkait dengan masalah aliran-aliran sesat sekarang ini. Begitu banyak orang percaya begitu saja akan suatu ilmu yang bernafaskan Islam,padahal Ilmu-ilmunya itu harus diteliti terlebih dahulu.Apakah betul itu berasal dari Islam atau bukan.Jangan percaya begitu saja.Dan karena itulah,kita perlu menguatkan dan menjaga aqidah kita semua jangan sampai menjadi orang-orang yang di benci apalagi sampai dimurkai Oleh Allah Azza Wa Jalla.Bila aqidahnya sudah benar,InsyaAllah untuk selanjutnya akan lebih mudah…”
Di saat pamanku lagi berceramah,tiba-tiba aku teringat kan satu hal yang sangat penting..
“Dimana ayahku..? kemana dia..? dari tadi aku tak melihatnya..?” gumamku dalam hati
Biasanya ayahku selalu duduk disebelah kanan atau kiriku.Walaupun terkadang beliau bisa juga duduk di belakangku
Langsung aku melihat-lihat sekeliling mesjid, mencari-cari dimana ayahku berada.Sesaat aku lihat sebelah kanan,lalu sebelah kiriku.Tak ada tanda-tanda, ayahku berada di mesjid.
Beberapa menit kemudian,Aku mulai gelisah memikirkan ayahku.Hatiku bercampur baur dengan perasaan dan khayalan.Walaupun sesaat kucoba tuk menenangkan diri,mencoba berhusnuzzon akan semua ini
Tak berapa lama setelah itu,ceramah pun selesai..Lalu paman Hamid pun menyapaku..
“Fajri.. ayahmu mana..?”
“Maaf paman,kukira tadi ayahku sedang berwudhu.Tapi entah kenapa aku tidak melihatnya sampai sekarang..”
“Oh ya..? Kemana ayahmu itu.. Dasar Abdullah,meninggalkan anak sendirian saja.”
“Maaf paman.. Fajri ijin ingin mencari ayah. Mungkin saja Ayah Fajri masih ada di tempat wudhu.Jadi Fajri ingin kesana dulu..”
“Tidak..tidak..Kau tidak boleh pergi sendirian.Biar paman temani, mari kita lihat ke tempat wudhu,mungkin benar kata-katamu itu..”
Aku pun berjalan dengan pamanku ke tempat wudhu yang tak jauh dari mesjid itu.Tempatnya kecil berwarna putih dengan dua buah bak mandi dikanan dan kirinya.
Sampai aku disana..Aku melihat ada sesosok manusia yang tersungkur jatuh.Lalu kulihat lebih dekat dan ternyata itu adalah ayahku..
“Astaghfirullah..Ayah..Aya
“Abdullah..!!..ada apa ini..? apa yang terjadi..?” Sahut pamanku dengan nada keras
Itu adalah ayahku,di matanya terdapat memar kebiruan terlihat seperti habis dipukul dengan sesuatu.Dari mulutnya ada bekas keluar darah dan ada bekas luka sayatan tipis dipipinya
“Keterlaluan..siapa yang melakukan ini..??” Pamanku geram
Dengan cepat aku dan pamanku menggendong ayahku untuk dibawa pulang kerumah
Dalam perjalanan itu,aku terus berdoa..
“Yaa Allah,selamatkan ayahku..selamatkan ayahku.Tolonglah dia,ayahku adalah tulung punggung keluarga kami..”
Dan sampailah aku dirumah..Ibuku yang menyambut kedatanganku, langsung tersentak kaget dan hampir pingsan…
“Innalillahi wa inna illaihi roji’un..astaghfirullah..a
“Tak ada waktu untuk menjelaskannya,ayo cepat panggilkan ambulan..” kata pamanku dengan nada keras
Ibuku dengan langkah cepat mengambil telepon rumah dan menelepon ambulan terdekat..
Beberapa menit setelah itu,ayahku dibawa naik mobil ambulan diikuti oleh pamanku dan ibuku yang menemani,sedangkan aku disuruh untuk tinggal dirumah dan bersekolah saja.Karena ini adalah hari pertama aku masuk sekolah, jadi aku tidak dibolehkan ibuku untuk tidak masuk.Walaupun aku sangat mencemaskan ayahku,tetapi aku harus bisa berpikir jernih dan mencoba tuk tegar dalam menghadapi cobaan ini..
Aku pun berdoa..
“Ya Allah.. Engkau pemilik langit dan bumi..Yang mengatur segalanya ini...hamba serahkan semua ini padamu…berikanlah hambamu ini kekuatan dalam menghadapi cobaan ini..Ya Robbi,hanya kepadaMu lah kami kembali..”
*******************
we will keep supporting on you......you are the our jesus.......
ReplyDelete